Golput yang membuat kebakaran jenggot.

Golput (golongan putih) bukan merupakan hal baru dalam Pemilu di Indonesia. Beberapa kali isu ini merebak ke permukaan dan beberapa kali pula para ahli komentar memberikan komentarnya mengenai golput ini.

Bagi sebagian orng yang merasa kurang mendapatkan kepuasan dalam melihat hasil Pemilu yang telah diadakan di Negara kita tercinta ini, golput bisa dianggap sebagai alternatif pilihannya. Apakah ini benar atau salah, masing-masing mempunyai alasan dan pendapat yang memang bisa digunakan untuk adu pendapat.

Namun ada pula Partai yang merasa kebakaran jenggot dengan adanya golput yang semakin tinggi prosentasenya. Bisa jadi partai besar atau kecil yang merasa dengan adanya golput ini, beberapa kader mereka kabur dari partai atau ikut golput (mungkin nggak ya?).

Banyak juga tokoh masyarakat yang memberi komentar tentang golput. Memang dengan beragamnya pendapat yang telah disebarkan media masa akan membuat kita orang awam semakin paham atau sebaiknya bingung, mana yang dianut?

Bagi saya pribadi sebaiknya kita manfaatkan hak kita dengan sebaik-baiknya, masalah kekecewaan terhadap system yang ada, atau hasil pilihan kita (mis: anggota dewan yang terpilih) kok tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita ambil sebagai pelajaran. Untuk itu kita akan semakin selektif dalam menentukan pilihan kita.

Kadang ada benarnya beberapa orang berkata,“jangan salahkan anggota dewan yang semakin merajalela dalam mengeruk uang rakyat, kerena movitasi mereka adalah menjadi anngota dewan untuk bekerja”. Benar sekali jika orang kerja adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Tetapi semua itu akan dikembalikan pada moral yang bersangkutan.