Lagi pemberitaan besar dari Jombang. Setelah beberapa waktu yang lalu kita digelontor dengan berita tentang Ryan sang penjagal yang berasal dari Jombang, kemudian dunia pendidikan jombang juga urun rembug dalam membuat berita besar lainya yaitu kekerasan dalam sekolah, kali ini kita disuguhi lagi dengan berita yang tidak kalah besarnya yaitu Ponari si anak kelas tiga SD yang tiba-tiba membuat gempar kota Jombang.
Bapak Bupati Jombang, anda telah dibantu dalam “mempromosikan” kota anda, karena beberapa kota dengan giatnya membuat promosi supaya kotanya menjadi terkenal dan banyak didatangi para investor.
Melihat kasus Ponari menurut saya ada dua sisi yang bertolak belakang, di satu sisi si anak kahilangan dunianya, karena harus melayani ribuan orang yang ingin mendapatkan kesembuhan tetapi di sisi lain mereka yang sakit juga memerlukan bantuan penyembuhan “menurut sumber yang telah mendapatkan bantuan mereka telah berobat sana-sini tapi baru sembuh lewat jalan ini”.
Saya sendiri bertanya-tanya mengapa begitu banyak orang yang langsung menyerbu cara penyembuhan seperti ini, mungkinkah kepercayaan terhadap palayanan sebagian rumah sakit yang semakin berkurang atau keadaan ekonomi masyarakat kita yang sulit menjangkau pengobatan secara medis yang saat ini dirasa begitu mahal?
Mudah-mudahan pemerintah Jombang bisa mengambil tindakan yang bijak dalam menangani kejadian ini, karena dengan menutup secara paksa penyembuhan ini juga merugikan banyak orang yang memang memerlukan.
Jika memang dianggap mengganggu hak anak, dapatkah dicari cara yang lebih menguntungkan kedua pihak. Sebagai contoh pengobatan tetap berjalan semantara anak juga tetap bisa sekolah. Saya kira ini bisa diatur sedemikian rupa sehingga orang yang dating tetap terlayani dan anak tetap bisa sekolah. Katakanlah dibuat semacam karcis yang terjadwal sehingga orang bisa dating menurut jadwal yang didapatkan atau bagaimana caranya bisa dicarikan jalan keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar